Kedungdung, Ansor – Pimpinan Ranting gerakan pemuda Ansor desa Bajrasokah menyelenggarakan kegiatan ziarah ke makam para Wali dan Muharrik NU serta Silaturahmi ke beberapa Pondok pesantren yang sangat berjasa besar dalam melahirkan para Muassis dan Muharrik Nahdlatul ulama. Jum’at (08/11/2024)
Ziarah ini bertujuan mengenang jasa para muassis dan muharrik NU, para ulama, kyai dan tokoh agama yang telah berjuang keras dalam memperjuangkan nilai-nilai islam, pendidikan dan kesejahteraan masyarakat serta telah menyebarkan dan mempertahankan ajaran aqidah Ahlu Sunnah wal Jama’ah
Melalui kegiatan ziarah ini, diharapkan semangat dan nilai-nilai perjuangan para pendiri NU dapat diteruskan oleh generasi penerus khususnya kader Ansor dan Banser Bajrasokah.
Diketahui rute ziarah Wali Muassis (Pendiri) dan Muharrik (Penggerak) Nahdlatul Ulama (NU) Serta Beberapa Pondok pesantren yang telah melahirkan Ulama-Ulama besar yang ada d Jawa Madura dimulai dari Makan Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan sebagaimana yang telah masyhur akan kewaliannya serta berkat bimbingannya lahir beberapa ulama besar yang diantaranya Hadrotus Syaikh Hasyim Asy’ari
Kemudian perjalanan Ziarah dilanjutkan ke Pondok Pesantren Al-Hamdaniyah Siwalan Panji Sidoarjo Jawa Timur yang dipesantren tersebut Pendiri Nahdlatul Ulama, Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari sempat menimba ilmu.
Meski usianya sudah lebih dari dua abad, beberapa bangunan di pondok pesantren Al-Hamdaniyah tersebut belum mengalami perubahan signifikan yang diantaranya kamar yang pernah ditempati KH Hasyim Asy’ari, yang di ruangan kecil itu lah, KH Hasyim Asy’ari belajar dan istirahat.
Kemudian rute Ziarah dilanjutkan ke PP. Canggan Bangil Dimana diantara Santri yang pernah belajar di pondok Cangaan ini seorang ulama besar, bahkan guru dari para guru yaitu Syaikhona Kholil Bangkalan (guru dari Hadrotus Syekh KH Hasyim Asyari/pendiri jam’iyyah Nahdlatul Ulama).
Diantara cerita serta karomah Syaikhona Muhammad Kholil di pesantren tersebut saat kampung Canga’an di landa kemarau ekstrem Kiai Asyiq yang saat itu menjadi pengasuh memerintah Kiai Kholil untuk menggali sumur dan hanya beberapa meter menggali, sumber air pun muncul yang hingga kini, sumur itu masih ada dan menjadi situs bersejarah yang dilestarikan oleh pengurus pesantren.
Selain sumur, kantongan buatan Syaikhona Kholil yang konon ketika ditabuh setiap Waktu shalat bisa terdengar sampai ke Bangkalan Madura juga kamar di salah satu asrama yang pernah ditempati Kiai Kholil selama nyantri, juga dilestarikan dan dibiarkan seperti bentuk semula.
Setelah dari PP. Canggan Bangil perjalanan Ziarah dilanjutkan ke PP. Sidogiri Pasuruan yang d pesantren tersebut Syaikhona Muhammad Kholil sewaktu nyantri di Keboncandi, beliau belajar kepada Kiai Nur Hasan yang masih keluarga dari Pondok Sidogiri Pasuruan Jawa Timur
Dalam sejarah tercatat bahwa Kyi Nawawi Sidogiri merupakan diantara Muassis Jam’iyyah Nahdlatul ulama bahkan Hadratussyekh Hasyim Asy’ari sempat menugaskan Kiai Ridlwan menemui Kiai Nawawi Sidogiri untuk meminta saran serta pendapat terkait lambang NU yang dibuat oleh KH. Ridwan tersebut
Sebelum perjalanan pulang Ziarah dilanjutkan ke makam KH. Hamid Pasuruan. (*)